lamat-lamat kudengar dalam gurauku suara-suara lirih yang berbisik ingin ikut menentukan nasib.
"Sebaiknya kau mengikuti kata hatimu!" kata suara pertama.
"Jangan jika begitu berarti kau akan melukai hati orangtuamu, mereka ingin kau masuk SMK agar kau siap kerja kelak!"
"Dirimu biarlah kau yang mengatur"
"Tidak petuah orangtua adalah yang terbaik untukmu"
"Ikuti hatimu!"
"Ikuti orangtuamu!"
"Hatimu!"
"Orangtuamu!"
"Hatimu!"
"Orangtuamu!"
"Hatimu!"
"Orangtuamu!"
"Hatimu!"
"Orangtuamu!"
"Diam!!!!!" seruku pada suara-suara tersebut.
"Cukuplah aku dibuat pusing oleh pilihan ini. Janganlah kalian menambah kepusinganku! Aku sudah terlalu pusing dengan semua ini, dengan dua pilihan yang amat sulit ini. Apakah aku harus mengikuti kata hatiku untuk masuk SMA? atau aku haus mengikuti kata orangtuaku untuk masuk SMK! arrrghhh aku pusing! Ya Allah berikan petunjuk untuk semua ini!"
Setelah penat dengan dua pilihan tersebut aku pun merasa letih dan tertidur pulas.
Bersambung........
Mengungkit Agar Bangkit (puisi)
Posted in
Sabtu, 28 Mei 2011
Hilang tenggelam
Sebongkah cahay dari silam
Terlupakan kisahjeritan dan erangan
Hingga terpendam tak terelakkan
Janji suci tak kembali
Satu padu tak bertali
Semua berdiri sendiri
Tak ada saling memberi
Ini yang hakiki
Semangat juang tak berdaki
Tak menurun pada penerus negri
Karena acuhnya mereka sendiri
Mana semangat lampau?
Seharusnya ada di diri engkau
Ayo bangkit!
Berjuang agar kelam terungkit
Kita pemuda
Harus mempunyai rasa satu di dada
Kita Penerus
Haruslah selalu sejurus
Sebongkah cahay dari silam
Terlupakan kisahjeritan dan erangan
Hingga terpendam tak terelakkan
Janji suci tak kembali
Satu padu tak bertali
Semua berdiri sendiri
Tak ada saling memberi
Ini yang hakiki
Semangat juang tak berdaki
Tak menurun pada penerus negri
Karena acuhnya mereka sendiri
Mana semangat lampau?
Seharusnya ada di diri engkau
Ayo bangkit!
Berjuang agar kelam terungkit
Kita pemuda
Harus mempunyai rasa satu di dada
Kita Penerus
Haruslah selalu sejurus
Langganan:
Postingan (Atom)